Abana KH. Hasan Abdullah Sahal pernah dawuh pada saat khutbatul Arsy: “Seindah-indah masa adalah masa menuntut ilmu, dan bersyukurlah karena kamu menuntut ilmu di Gontor”. Ketika masih nyantri , saya tidak bisa memahami ujaran beliau ini, untuk tidak menyebut mengingkari. Bagaimana tidak? Hidup di “penjara suci” seperti ini, disebut indah. Semua serba diatur dalam disiplin tinggi: waktu, tugas dan tanggungjawab. Tiada kesempatan sedikitpun untuk berleha-leha. Dibenamkan dalam benak: ar-R â hah fil jannah . Selalu diulang-ulang seperti kaset ruwet: ar-R â hah fi tab â dulil a’m â l . Semua fasilitas hiburan amat dibatasi. Sekadar untuk bisa mencicipi semangkok dawet Jabung saja harus bersiasat tinggi. Mamn û ’ . Har ô m . Ancamannya botak. Bahkan bisa angkat koper, mathr û d . Di mana letak indahnya? Seratus delapan puluh derajat berbanding terbalik dengan keindahan yang terang benderang dalam lirik lagu romantis ...