Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2018

MASA-MASA TERINDAH

Abana   KH. Hasan Abdullah Sahal pernah   dawuh   pada saat khutbatul Arsy: “Seindah-indah masa adalah masa menuntut ilmu, dan bersyukurlah karena kamu menuntut ilmu di Gontor”.   Ketika masih   nyantri , saya tidak bisa memahami ujaran beliau ini, untuk tidak menyebut mengingkari. Bagaimana tidak? Hidup di “penjara suci” seperti ini, disebut indah. Semua serba diatur dalam disiplin tinggi: waktu, tugas dan tanggungjawab. Tiada kesempatan sedikitpun untuk berleha-leha. Dibenamkan dalam benak:   ar-R â hah fil jannah . Selalu diulang-ulang seperti kaset ruwet:   ar-R â hah fi tab â dulil a’m â l . Semua fasilitas hiburan amat dibatasi. Sekadar untuk bisa mencicipi semangkok dawet Jabung saja harus bersiasat tinggi.   Mamn û ’ .   Har ô m . Ancamannya botak. Bahkan bisa angkat koper,   mathr û d . Di mana letak indahnya? Seratus delapan puluh derajat berbanding terbalik dengan keindahan yang terang benderang dalam lirik lagu romantis ...

RÛHUL MUDARRIS

Mungkin karena saya bersinggungan dengan dunia pembelajaran, jadinya ujaran ini selalu terpapar di depan mata. Beliau,   Ab â n â   KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, yang mendawuhkannya saat memberi   tawjihat   sebelum   amaliyatut tadris   (Program Praktik Mengajar bagi kelas VI KMI). Mungkin saat itu saya belum begitu paham, namun tetap saja saya tulis di buku harianku. Karena saya yakin, kearifan itu berproses. Mengabadi bersama berkembangnya nalar insani. Saat itu, beliau   Ab â n â   dawuh: “ Ath-Thar î qatu ahammu minal m â ddah. Wal Mudarrisu ahammu minath thar î qah. Wa r û hul mudarris ahammu minal mudarrisi nafsih ”. Kalimat pertama sangat popular di ranah pendidikan. Entah siapa yang pertama menginisiasi, serasa telah menjadi teori yang tidak terbantahkan. Bahwa “strategi atau metode (mengajar), termasuk di dalamnya media/alat peraga, lebih penting daripada pesan pelajaran”. Inilah barangkali yang menjadi pemicu perkembangan ilmu pembelaja...

JANGAN SEPERTI NAPOLEON

Melakukan kilas balik kehidupan saat belajar di Gontor memang tidak pernah membosankan. Ada saja yang membuat saya tersenyum. Terasa, semua indah pada waktunya. Mungkin, karena kita ikhlas menerimanya… Teringat saya pada beliau. Direktur KMI,   All â h yarham   KH. Imam Badri . Dalam setiap   tawj î h â t wa irsy â d â t   jelang ujian pertengahan atau akhir tahun, beliau dengan gaya kocaknya selalu mengulang-ulang kisah Napoleon Bonaparte. Sampai-sampai secara pribadi, saya hafal isi taushiyahnya: “ Jangan seperti Napoleon. Walaupun dia bisa menguasai separoh Eropa, tetapi takut menghadapi ujian ”. Benarkah Napoleon takut ujian?   waAll â hu a’lam , saya sendiri belum pernah membaca biografinya. Namun Kyai Badri serasa menguatkan saya selama ini bahwa Napoleon yang takut ujian saja bisa menguasai separoh Eropa, apalagi kita-kita yang berani diuji. Pastilah bisa menguasai dunia. Karena, teringat   All â h yarham   KH. Imam Zarkasyi pernah   dawuh ...