Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2019

GONTOR DAN KADO LEBARAN

Anak lanangku tiba-tiba mutung . Mogok. Tidak mau balik ke pesantren Gontor. Padahal sudah tiga tahun mondok di sana. Padahal tahun ajaran baru ini, naik positif ke kelas empat. Ini benar-benar menjadi “kado” lebaran yang istimewa bagi kami. Ortunya. Sangat menguras emosi dan pikiran. Rasionalitas pilihan kutawarkan. Tidak menggoyahkan sedikitpun keputusannya. Hanya ketukan pada hatinya. Melalui tetesan air mata ibunya. Menggerakkannya kembali masuk pondok. Di detik-detik terakhir daftar ulang. Walaupun tetap ia isyaratkan sikap terpaksa dan tebarkan ancaman “pindah pondok”. Ala kulli hal… kesyukuran tetap kupanjatkan. Kuserahkan sepenuhnya kepada Pemilik Tunggal kehidupan. Dzat Maha Pembolak-balik hati. Bisa jadi. “Kado” ini juga merupakan teguran dari-Nya bagi kami. Agar selalu sadar. Bahwa ia terlahir dari kami, tetapi Dia-lah Sang Pemilik Sejati. Sang Pemelihara dan Pendidik Hakiki. Maka sepantasnya, kami dawamkan istighfar, do’a dan dzikir. Seraya bermohon. Agar ke depan. Anak la...

NAPAK TILAS

Entahlah. Dari mana ide ini muncul. Niatku hanya ngejar jama'ah Isya. Hanya itu. Mumpung isteri dan anak-anakku belanja di Bravo. Daripada nunggu di mobil. Mending cari musholah atau masjid. "Ma, aku   isya'an sik yo " kukirim pesan via Whatsapp. Dan cabut. Terdengar adzan sayup-sayup. Kukejar. Jalan kaki. Lewat pintu masuk parkiran mobil lalu belok kiri. Lumayan jauh. Bagi orang zaman now yang telah termanjakan alat transportasi. Tak kutemukan tempat ibadah, padahal adzan sudah usai. Sudahlah jalan terus saja. Toh hanya lurus. Sampai kudapati ekor antrian becak yang berderet rapi. Baru nyadar. Ini   kan   sebelah selatan alun-alun Tuban. Ya sekalian ke Masjid Jami'nya. Terdengar suara iqamat. Kupercepat langkah. Kuabaikan beberapa tawaran tukang becak. Kumasuk di sela-sela keramaian penziarah makam Sunan Bonang. Dan sampai. Lumayan, bisa ikut berjamaah. Walaupun tertinggal satu rakaat. Mengenang Masa Lalu Shalatku benar-benar tidak khusuk. Rakaat ketiga, terbayan...

NGAGLIK, TAK LAGI OGLAK-AGLIK

Pulang. Selalu saja kurindukan. Ada yang bilang: Itulah ekspresi dari kesadaran batini. Bahwa hidup adalah proses perjalanan kembali. Dari dan kepada Allah, Sang Penganugerah kehidupan. Termasuk mudik lebaran kali ini. Setidaknya ada yang tak ingin dilupakan: sungkem orang tua; halal bi halal bersama kerabat seperanakan; reuni tipis teman sepermainan; dan napaktilas suasana kampung halaman. Desa tempat aku dilahirkan, namanya Ngaglik. Konon, menurut para sepuh: kapal-kapal Kompeni dahulu tidak bisa berlabuh di sini, karena terlihat dari kejauhan seperti daratan yang   iglik-iglik  (tinggi). Karenanya disebut Ngaglik.   waAllahu a’lam . Namanya juga legenda! Letak desaku sebelas kilometer dari kota Kabupaten Tuban. Ke arah timur menuju Paciran. Masih termasuk kecamatan Palang-Tuban. Sebelah utaranya langsung menghadap laut Jawa. Sebelah selatannya lahan pertambakan: ikan dan garam. Sebelah baratnya, berbatasan dengan desa Glodok. Dan sebelah timurnya, berdempetan dengan de...

HALAL BI HALAL

Hanya ada di Indonesia. Ya, khas tradisi Indonesia.    Walaupun aslinya dari Bahasa Arab. Namun, kemungkinannya orang Arab di Timur Tengah sendiri tidak mengenalnya:   Halal bi Halal .    Halal artinya diperbolehkan. Diperkenankan. Tidak diharamkan.   Bi artinya dengan. Maka   halal bi halal   dimaksudkan untuk memperkenankan segala salah dimaafkan. Tidak diharamkan untuk mendapatkan maaf. Untuk itu, mungkin dalam Bahasa Arab lebih pas disebut   istihlal : permohonan maaf agar segala salah dihalalkan. Reuni Keluarga Halal bi halal   Bani Fatimah, keluarga besar isteriku, dilaksanakan pada hari kedua Idul Fitri 1440H. Sedangkan halal bi halal Bani Musliman, keluarga besarku, dilaksanakan pada hari keempat lebaran. Tahun ini keduanya ditempatkan di jantung kota. Undangan dipatok pukul 10.00 WIB. Pertimbangannya, jam segitu makanan sudah siap dihidangkan. Memang perjumpaan tanpa makan-makan seperti sayur tanpa garam: ada yang kurang.  ...