Anak lanangku tiba-tiba mutung . Mogok. Tidak mau balik ke pesantren Gontor. Padahal sudah tiga tahun mondok di sana. Padahal tahun ajaran baru ini, naik positif ke kelas empat. Ini benar-benar menjadi “kado” lebaran yang istimewa bagi kami. Ortunya. Sangat menguras emosi dan pikiran. Rasionalitas pilihan kutawarkan. Tidak menggoyahkan sedikitpun keputusannya. Hanya ketukan pada hatinya. Melalui tetesan air mata ibunya. Menggerakkannya kembali masuk pondok. Di detik-detik terakhir daftar ulang. Walaupun tetap ia isyaratkan sikap terpaksa dan tebarkan ancaman “pindah pondok”. Ala kulli hal… kesyukuran tetap kupanjatkan. Kuserahkan sepenuhnya kepada Pemilik Tunggal kehidupan. Dzat Maha Pembolak-balik hati. Bisa jadi. “Kado” ini juga merupakan teguran dari-Nya bagi kami. Agar selalu sadar. Bahwa ia terlahir dari kami, tetapi Dia-lah Sang Pemilik Sejati. Sang Pemelihara dan Pendidik Hakiki. Maka sepantasnya, kami dawamkan istighfar, do’a dan dzikir. Seraya bermohon. Agar ke depan. Anak la...