Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2019

LIBURAN ASYIK BERSAMA KELUARGA

Penulis: Riri Yunisman (Pengusaha)  Liburan dan mengikuti sebuah trip telah menjadi sebuah kebutuhan utama saat ini. Berbagai wahana serta moda transportasi dengan segala kemudahannya seakan berlomba memberikan penawaran yang tiada henti untuk memanjakan para   traveller . Berbagai media social juga tak mau ketinggalan untuk mendukung para traveller dalam mengungkapkan rasa suka cita mereka. Ulasan tentang tempat dan wahana hiburanpun tumbuh subur di dunia maya. Sehingga, sebuah perjalanan yang beribu ribu kilometer menjadi mudah dan bisa diorganisir dengan baik. Sebagian traveler lebih suka berpergian ala “ solo traveler ”, karena dinilai lebih praktis dan anti ribet. Namun, menurut kami keikutsertaan anak-anak akan lebih menghidupkan suasana liburan. Canda tawa dan polah anak-anak akan menjadikan liburan semakin semarak dan penuh warna. Di samping itu, pengalaman di saat kecil akan jauh lebih berkesan dan melekat bagi anak dalam pembentukan karakter dan kemandirian. Tentuny...

SEPATU BUTUT ANAKKU DAN TITAH KESEDERHANAAN ALA GONTOR

Penulis: Abdul Matin Bin Salman (Wali Santri Gontor & Warek I IAIN Surakarta) Sejak awal, saya tidak terlalu menekankan anakku diterima sebagai santri Gontor. Prinsip saya, seusai pendidikan dasar, anak-anak saya harus melanjutkan ke pesantren. Pesantren apapun itu. Karena saya yakin, tidak ada pesantren yang mendidik santrinya dengan cara yang tidak benar. Tidak mudah memang, menjadi orangtua di zaman   now . Banyak kendala waktu mendidik anak secara privat. Terlebih di zaman ketika teknologi telah merenggut banyak kesempatan kita untuk mendidik mereka secara langsung. Bahkan, sekalipun anak-anak bersama orangtua 24 jam, seringkali minim “kebersamaan” di antara mereka. Fisik memang terlihat dekat, tetapi hati dan pikiran saling berjauhan. Kekhawatiran itu semakin memuncak, ketika melihat fenomena kehidupan anak-anak seperti saat ini. Nama anakku Wael. Dia sekarang duduk di kelas IV Gontor I. Suatu hari, tepatnya tanggal 29-30 Desember 2018, kami sekeluarga mengunjunginya. Mes...

JRÉNG! DAN JADILAH ORANG BESAR ALA GONTOR

Sudah sepekan. Dia tidak hadir di mushola. Padahal, sebelum adzan Magrib biasanya ia sudah tiba. Ditemani sepeda mini milik cucunya. Atau motor butut, Suzuki Bravo miliknya. Saya jadi bertanya-tanya. Khawatirku: ia sakit lagi. Panggil Saya, Jr é ng! Teringat kembali. Saat awal jumpa. Ia menungguku keluar dari mushola. Di teras, ia menyapa: “ Pak Amien, njih ?” “ Injih. Njenengan sinten ?” tanyaku sepontan. “Jr é ng!” jawabnya. “ Sinten ?” tanyaku cepat. Antara bingung dan tidak percaya. “Orang-orang memanggilku Jr é ng” jawabnya. Lalu ia menyebutkan dua atau tiga kata nama aslinya. Yang hingga saat ini saya lupa. Mungkin. Karena memoriku lebih terbetot pada kata “Jr é ng”. Yang kesan pertamanya begitu menggoda. Selanjutnya… Ia kuminta ke rumahku. Di sebelah mushola. Agar enak ngobrolnya.   Wong Deso , Pekerja Keras Diam-diam kuamati raut wajahnya. Khas orang desa. Umur di atas lima puluh limaan. Kulit agak gelap. Dan sisa-sisa pekerja keras tampak jelas di otot tangannya. Kupastika...

ALHAMDULILLAH, HAJI LAGI BRO!

Dia sahabatku. Juga tetanggaku. Saiful Mustofa. Berangkat haji lagi. Tahun ini. Bersama isterinya.   Kemarin, sebelas Juli. Bertepatan Delapan Dzulqa’dah.   Isuk njemun,   dilepas dengan   selametan   plus   tasyakkuran . Ada tumpengnya. Ada bubur   abang nya. Juga soto dagingnya. Mengundang tetangga dan teman-teman. Penuh hikmat. Penuh haru. Penuh derai air mata. Satu-persatu hadirin dipeluk. Diminta maafnya.   Disuwun   restunya. Dimohon do’anya. Bacaan shalawat. Do’a-do’a keselamatan-kemabruran. Hingga dipamungkasi dengan kumandang adzan dan iqamat. Mengiringi keberangkatan. Sampai mempelai haji memasuki mobil pengantar. Mengingatkanku pada adzan-iqamat. Di tradisi pemakaman tertentu. Yang dibacakan saat melepas jenazah di liang lahat.   Tak terasa. Ikut berkaca-kaca pula mataku. Maklum, terbawa suasana kebatinan. Setidaknya karena dua hal. Suasana Kebatinan Lepas Haji Masa Lalu   Pertama . Sungguh aku tidak bisa membayangkan. Ba...