Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2019

KEBAIKAN YANG SIA-SIA

Penulis:  Hariman Muttaqin (Pengajar di Ponpes. Al-Iman Ponorogo) Ada pengusaha keturunan yang baik hati. Dia non-muslim. Anggota keluarganya menganut keyakinan yang beragam. Istrinya Kristen, anak dan menantunya Katholik.  Sementara dia sendiri   tidak   jelas.   Namun, dalam bermasyarakat   ia   sangat toleran. Baginya keyakinan apapun   tidak   masalah ,   yang penting baik sama orang. Jika mengantar istri ke gereja, dia lebih suka nongkrong di warung kopi. Ngobrol bareng sama makelar mobil, sesuai dengan hobinya: otomotif. Tapi kedermawanannya kepada sesama   tidak   perlu diragukan. Orang berimanpun kalah bahkan   seorang k iai atau   ustadz   sekalipun. Tetangga yang   kediamannya   disita bank, dia izinkan menempati salah satu rumahnya.   Gratis, t anpa sewa. Saya   sendiri   pernah   melihat langsung   kedermawanannya   ketika d ia   mem beli sendiri sarapan p...

VERI, HIJRAH DAN KEPASTIAN

Hari Rabu, 23 Januari 2019 pukul 3:17 AM, ada pesan whatsapp masuk di handphoneku. Satu pesan di WAG “Concordian”, inisial lulusan Gontor tahun 1993, dari Veri Agustian 693: “Innalillahiwainna ilaihi Raji'un telah berpulang ke Rahmatullah Veri Agustian... Alamat rumah duka jalan musyawarah gg mufakat no.2 labuh baru barat”( Sengaja dibiarkan, tanpa edit).  Pesan duka di hari yang masih terlalu pagi, sehingga belum ada anggota WAG yang daring. Selain itu, redaksinya juga terlalu datar untuk sebuah info sedih. Emosinya kurang terasa, dan terkesan aneh: menginformasikan wafatnya seseorang, dan informannya adalah orang yang meninggal itu sendiri. Wajarlah kiranya, jika baru sebelas menit kemudian, 3:28, Sirojuddin di Cirebon yang pertama menangkap pesan ini dengan pertanyaan singkat, mericeck sumber: “Ini dengan siapa?”.  Pukul 3:32, Zuli Umri di Bandung mempertegas kebimbangan: “Veri Agustian Riaukah? إنا لله وإنا إليه راجعون”.  3:42, Sirojuddin kembali menvalidasi sumber b...

TABUNGAN PAK LEH

Penulis:   Syamsul Arifin   ( Guru Besar Sosiologi Agama, Fakultas Agama Islam UMM, dan Wakil Rektor I UMM) Dengan pekerjaannya sekarang yang sudah teratur dan permanen kendati sebagai “ cleaning service ” di sebuah kantor plat merah, berapa nilai nominal yang bisa disumbangkan oleh Pak Leh ke mushalla yang sedang direnovasi? Saya pernah menanyai pendapatanya yang dibawa ke rumah saban bulannya. Kalau dibuat pembulatan,    Pak Leh membawa uang sebesar 1.5 juta.    Saya tidak pernah bertanya lebih detil, bagaimana Pak Leh mengalokasikan pendapatanya itu.   Cukup dari senyumnya yang terus mengembang, setidaknya pada setiap diajak ngobrol, saya memiliki kesan, Pak Leh berusaha menikmati hidup. Pak Leh memang tidak pernah diminta memberi donasi baik berupa bahan bangunan atau “material” maupun berwujud rupiah, hingga kemudian momen itu datang    tanpa disengaja ( without intention ).   Seandainya tidak diminta membeli selembar tripleks untuk...

SEHAT ITU MAHAL

Penulis:   Akbar Zainuddin   (Trainer PT. MJW, Jakarta) العقل السليم في الجسم السليم “ Akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat ” Sehat itu mahal, tetapi seringkali banyak diabaikan. Baru pada saat sakit akan terasa betapa sehat itu sangat penting. Kesehatan itu penting, karena hanya dengan tubuh yang sehat akan menghasilkan akal yang sehat pula.   Jagalah kesehatan dengan menjaga 4 hal :   P ertama , selalu berpikir positif. Pikiran positif yang akan membawa kepada kesehatan. Sangat banyak terjadi, sakit itu timbul karena pikiran dan emosi negatif. Dendam, kesal, amarah, dan sedih berkepanjangan adalah penyakit-penyakit hati yang sering membuat orang sakit. Kuncinya adalah mengikhlaskan dan memaafkan. Hati dan pikiran bersih, penyakit akan menjauh.   Kedua , menjaga pola makan. Apa yang kita makan itulah yang akan menjadi sumber penyakit jika tidak dikontrol. Makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Makan teratur dan sesuai kebutuhan. Ketiga , istirahat...

MUSHALLA: DARI INSENTIF PUBLIKASI JURNAL HINGGA INSENTIF AKHIR TAHUN

Penulis: Syamsul Arifin ( Guru Besar Sosiologi Agama, Fakultas Agama Islam UMM, dan Wakil Rektor I UMM) “Pak Syamsul bangun mushalla ya?” Kawan saya, dekan pada salah satu fakultas di UMM, dugaan saya, mengetahui ihwal pembangunan mushalla dari   Display Picture   (DP) WhatsApp saya. Sejak September, tahun yang lalu, saya memang mengubah DP WhatsApp dengan poster pembangunan mushalla.   Di poster itu memang mengandung konten ajakan donasi untuk mendukung, lebih tepat disebut renovasi mushalla. Saya memang sengaja mengubah DP karena ingin melakukan “ fund rising ” dengan gaya yang disebut milenial, yakni menggunakan media sosial (medsos), kendati hanya via WhatsApp.    Pastilah beberapa kawan, kerabat, atau kenalan yang berjejaring dengan WhatsApp, iseng membuka DP lalu memberi komentar. Memang begitulah yang saya harapkan. Harapan saya berbuah seperti pertanyaan kawan di atas. “Prof, saya baru transfer untuk renovasi mushalla,” kawan saya itu mengirim kabar pad...

WAKTU, AMAL SHALIH DAN KEABADIAN

Serasa baru kemarin kita menyaksikan perayaan tahun 2018, kini kita sudah melihat lagi kegembiraan yang sama oleh manusia sejagad dalam menyambut tahun baru 2019. Apakah ada salah dalam keriangan menyambut hari baru, waktu yang baru?   Tentulah yang demikian mubah saja, sepanjang manifestasi tindakan perayaannya tidak   menyerupai tradisi agama lain, atau   keluar dari batas syariat yang ditetapkan   Islam .   Namun,   laku alam selalu mengajarkan harmoni .  Bahwa bersama keramaian, selalu membonceng kesunyian. Di balik   setiap   kegembiraan, sesungguhnya mengintip kesedihan. Pun bersama setiap kegirangan menyambut tahun baru, sesungguhnya ada nurani yang selalu berbisik dalam sunyi:   Lakukanlah perjalanan panjang dalam diri.   Sesiapa mengenal dirinya, dia kan mengenal Tuhannya..   Untuk itulah pada kesempatan yang singkat ini, dan terkait dengan pergantian tahun baru masehi, ijinkan saya mengajak untuk melakukan satu p...

DOA YANG MEREMEHKAN [1]

SUATU HARI DI AKHIR TAHUN 2008.. Di atas dipan busa kamar asrama, ia terkapar. Matanya berkaca-kaca, serasa tidak bisa menerima realita. Ingin rasanya ia menggugat namun terasa lemah tak berdaya. Bagaimana mungkin dalam sekejap namanya bisa hilang dari daftar mahasiswa baru yang berhak   mendapatkan ijin dan fasilitas ber haji musim ini? Padahal beberapa pasang mata kawan-kawan mahasiswa senegerinya sebelum magrib tiba masih   menjadi saksi kalau namanya   ikut terpampang manis di papan pengumuman. Jam tangan menunjukkan angka 08.00 malam, dua jam lagi kafilah   haji   kampusnya akan diberangkatkan menuju tanah haram, Makkah Mukarramah, dan ia bisa dipastikan tidak menjadi bagian dari mereka. Ia merasa ada yang dengan sengaja mendhalimi haknya. Ia berusaha memejamkan mata untuk menenangkan gejolak hatinya. Namun tetap saja tidak mampu mendamaikannya.   Terbayang bagaimana lelah tubuh dan sakit hatinya, mengingat kemarin malam, seusai isya’ secara mendadak i...

MBAH MUKTI

Menjadi aktivis dakwah via Muhammadiyah, haruslah memiliki modal keihlasan ganda. Satu saja belumlah cukup. Pasti kecewa. Apalagi tanpa keduanya, bisa putus asa dan berbalik memusuhinya. Yang   pertama , ikhlas, tanpa pamrih saat berdakwah di dalamnya. Dan   kedua , ikhlas untuk tidak diingat setiap jasa yang pernah ditorehkan di dalamnya. Itulah milliu dakwah di gerakan besutan KH. Ahmad Dahlan ini.   Adalah Mbah Mukti. Saya yakin orang-orang Muhammadiyah di kampungku tiada lagi yang mengenalnya atau sekadar mengingat namanya. Selain karena beliau sudah lama kembali ke haribaanNya, juga karena di masa tua hingga ajal mendatanginya beliau berpindah hunian di lain kecamatan mengikuti anaknya. Selama saya bersekolah atau mengaji di kompleks perguruan Muhammadiyah di kampungku, dengan deretan gedung madrasah dan masjid sebagai pusat dakwahnya, saya tidak pernah mendengar nama Mbak Mukti disebut dalam cerita para guru di madrasah atau sekadar dalam lirih-lirih motivasi hidup ...